Aku, akhir-akhir ini hanya duduk manis di depan meja belajarku yang berantakan - pensil, bekas-bekas hapusan penghapus karet,
push pin warna-warni yang transparan seperti
drops, kartu-kartu ucapan selamat ulang tahun,
post-it warna menyala yang tertempel di dinding - namun bukannya tidak memikirkan apa-apa, bukan. Sama sekali bukan.
Harusnya, aku memikirkan segala-galanya mengenai pemphigus vulgaris, atau erythema multiform mayor, atau mengapa ada wanita enam puluh satu tahun yang mengeluh ada lesi di rongga mulutnya, tapi kali ini aku ingin di otakku berkeliaran hal-hal yang menyenangkan, dan pemphigus vulgaris adalah bukan sesuatu yang menyenangkan.
Hal menyenangkan? Sederhana, buatku.
Kartu pos dari Jepang yang selalu kutunggu-tunggu, yang menanti dengan manis di lantai karena biasanya diselipkan oleh ibu penjaga kosku dari bawah pintu,
atau,
peta Jepang yang tiba-tiba tertempel di dinding kamarku,
atau,
lagu-lagu
lama yang
baru, ya, aku suka mendengar lagu lama. Irama mereka manis. Lirik mereka manis. Musik mereka manis. Tidak pernah membosankan. Segala sesuatu yang lama biasanya manis dan berkualitas. Bukannya tidak menyukai musik sekarang - aku mendengarkan musik Korea (ya, mereka agak membosankan akhir-akhir ini untukku), juga
soundtrack instrumental dari Studio Ghibli - tapi tidak ada yang bisa mengalahkan lagu-lagu lama. Ah, tapi terkadang si
soundtrack instrumental versi
music box menang, sih,
atau,
energi di Criminal Case - kalian main ini? - yang tidak pernah habis.
Beberapa hal yang menyenangkan cukup mudah direalisasikan, bahkan beberapa hanya minta kita untuk bersabar. Yah, terutama soal Criminal Case.