27 Okt 2012

Bersama @fehasanah, yang secara tidak langsung menyetujui kata-kata @prsetyoaditya, "Lebaran gak pulang ya?"

Kemarin, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 26 Oktober 2012, dimana adalah hari Idul Adha, saya dan teman saya, teman baik saya dari SMA, teman baik saya sampe kuliah, temennya calon adek ipar saya, melakukan suatu petualangan yang tidak hanya absurd, tapi juga menegangkan dan dingin, karena dilakukan pada kurun waktu 08.30 pm - 09.30 pm.
Jogja kalo malem dingin. Perasaan dinginnya bisa diibaratkan sebagai unta yang tersesat di Antartika. Tapi gak sebegitu dingin kok, karena ada sesuatu di hati yang menghangatkan.
Semuanya dimulai dengan Fera udah berani bawa motor yah, kalah dong saya, secara naik sepeda aja saya belum bisa. Kemudian, ini ada hubungannya dengan ritual saya setiap sore, yang dinamakan investigasi dunia maya, atau biasanya sih orang-orang bilang, kepo.
Jadi, karena dalam rangka Idul Adha, Fera ada di kosan demi shalat ied di Masjid Kampus, parah lo Fer, bukannya shalat sama abang. But, that's not such a big problem, karena pada malamnya, kita dapat bersilaturahmi demi mempererat baik hubungan persaudaraan maupun hubungan persahabatan dengan saudara kandung abang. Haha. Jayus Ta.
Nah, Fera ini adalah orang yang lumayan berpengaruh pada kelancaran masa depan saya, tiba-tiba seperti mendapat pertanda dari Yang Maha Mengetahui berupa sebuah pesan dari jejaring sosial. Pada saat itu, saya lagi mandi, si Fera manggil saya lho. Serius. Saya denger dari kamar mandi.
Kemudian, kami melakukan investigasi tahap lanjut kemudian dengan sangat bersemangat, kami menyusun rencana untuk melakukan silaturahmi ke arah kosan Abang Fery.
Tunggu, dimana petualangannya?
Jadi, petualangannya adalah dimana Fera adalah amatir dalam pembawaan motor dan pembacaan peta. Fera aja berani-beraninya saya sebut amatir, emangnya saya siapa? Saya adalah korban dari hasil kepo saya sendiri.
Jadi, kami mencari sebuah daerah dimana jalannya KAMI SAMA SEKALI TIDAK TAHU DIMANA. Bodoh? Memang.
Ancer-ancer kami cuma
"Perempatan pertama, kita lurus aja, nanti perempatan kedua kita lewat, ada belokan kecil disebelah kiri, kita masuk, tinggal set, set, belok kanan, belok kiri sekali, nyampe deh"
Masalahnya: Jalanan Yogyakarta tidak sekadar dua perempatan dan belokan kanan dan kiri.
Pertama, kami tiba di sebuah daerah yang "kalo tempat Abang, belok sana tuh Ta, nah sekarang kita kemana ya?"
Well, dalam hati, jujur saya gak tau. Cuma pake perasaan aja, "Belok sana coba Fer, tadi di Bing map ke kiri kok," saya jawab semantap mungkin, biar yakin aja.
Terus Fera melakukan manuver putar balik di depan daerah Mi Surabaya (yang sempat saya yakini sebagai, "Fer! Ini dimana? Gue gak liat tadi di peta ada jalan Surabaya!") dan entah kenapa motor juga melakukan manuvernya sendiri. Motornya oleng ke sebelah kiri dong. Terus untungnya kita dengan sangat gesit melakukan pertahanan terhadap jatuhnya motor tersebut, memanfaatkan ekstremitas inferior kita bagian sinister (bilang aja kaki kiri), dan motornya untungnya sangat kooperatif, jadi gak jatuh. Hore!
Kemudian kita melakukan putar balik dan kita berkutat di area dengan nama-nama bunga. Dimana kita sama sekali gak ngerti kita harus kemana.
Dan Fera akhirnya dengan sangat yakin mengarahkan motornya ke area dengan nama jenis-jenis burung, yang tidak lain tidak bukan adalah daerah kosan Abangnya. Akhirnya setelah kita basa-basi dengan "Selamat lebaran Abang," dan wejangan Abang berupa, "Coba gue liat elo kalo belok gimana Fer," akhirnya kita memutuskan untuk melanjutkan petualangan.
Petualangan berlanjut dengan jalan buntu dan jalan turunan yang gelap, serta jalan dengan "Fer, lo ngerasa gak ini kaya rumah yang di Bukit Palm?" dan daerah dengan "Kira-kira disitu ada jalan gak?". Akhirnya kita menyerah kalah dengan keadaan. Dan pulangnya pun kita nyasar.
Dan terjadilah keadaan putar balik dengan motor hampir saja melakukan kontak langsung dengan bumi pertiwi dengan lanjutan kata-kata "Gue udah gak kuat lagi, Ta," terus kita berdua karena capek nyasar dan capek ketawa, akhirnya memutuskan untuk makan saja, di sebuah restoran Jepang cepat saji dan disini adalah TKP dimana kita melihat seorang lelaki multitalented yang makan menggunakan 2 pasang sumpit. Jago banget parah.
Akhirnya kita pulang dengan menyanyikan "The Way You Look at Me"-nya Christian Bautista di sepanjang perjalanan pulang.


Rencana kita selanjutnya adalah:
Karaoke
dimana kita udah bikin playlistnya dari sekarang, termasuk si The Way You Look at Me dan Why did I Fall in Love with you yang kata Fera video clipnya, "Proposal banget Ta!"
Ya, mungkin suatu saat nanti lo akan ngerti kenapa video clip nya kaya gitu ya, Fer.
Suatu saat nanti.


25 Okt 2012

Lagi-lagi tentang mimpi.

Saya sudah berusaha ingin mencurahkan segala-galanya.
Memang tidak secara gamblang, saya hanya berani dengan analogi.
Saya sudah berusaha ingin menuliskan segala-galanya.
Dengan tangan yang sudah dingin kesemua-semuanya ini.
Saya sudah berusaha ingin mengungkapkan segala-galanya.
Otak saya memang belum berhenti, tapi pikiran saya, ya. Dia berhenti.
Saya sudah berusaha ingin menggambarkan segala-galanya.
Bahkan saya tidak bisa menentukan dengan apa saya harus melakukannya.
Semuanya hanya sanggup diam.
Kemampuan Anda menjangkau batas putih imajinasi,
Mengintimidasi dan menghentikan saya disini.
Terimakasih.
Tapi,
Saya benar-benar tidak paham lagi.

14 Okt 2012

Curhat - bisa-bisanya nulis begini.

Saya, sudah hampir dua puluh tahun mengolah oksigen yang dipinjamkan Tuhan di dunia ini, dengan paru-paru yang juga dipinjamkan Tuhan.

Saya, sudah hampir tiga tahun, (seharusnya) tidak pernah putus bersyukur karena masih diberikan kesempatan menggunakan otak saya, yang lagi-lagi, dengan sangat baik hati Tuhan pinjamkan, untuk sekadar menimba ilmu mengenai gigi geligi.

Saya, sudah melewati tiga ratus enam puluh lima hari dikali tiga, plus satu hari karena kabisat, dengan makhluk-makhluk yang Dia pinjamkan untuk berbagi baik kebahagiaan maupun kesedihan.

Dan, telah pula mengenakan seragam putih-biru, biru, salah satu warna favorit saya, selama tidak lebih dari tiga tahun, untuk pertama kalinya menginjak kedewasaan.

Saya, yang masih kecil dulu, belum paham caranya berterimakasih karena enam tahun yang saya gunakan untuk berlari-lari di lapangan basket sebuah sekolah dasar, dengan cara apapun, membukakan pintu untuk saya ada di sini.

Dan sungguh, saya tidak mengerti lagi caranya berterimakasih kepada Tuhan, yang menyempurnakan kehidupan kecil saya melalui sebuah keluarga, dua orang adik yang luar biasa jenius, dan kedua orang tua yang luar bisa luar biasa. Hebat sekali, bukan?

Saya tidak bisa menemukan jalan lain selain bersyukur,
ketika hati berat,
dan rasanya ingin mengeluh.

Nikmat Tuhanmu mana lagi yang engkau dustakan? (QS55:16)

Fictional love letter - in a flowery way.

Uhm, a fiction about boy named Robin, missed her girl named Lavender, sending a letter.

*

Dear Lavender,


I only can see the lavender in my garden,
not in my eyes.

I only can feel the lavender by my hand,
not by my heart.

I only can water my lavender with the water,
not with my love.

I can sing to my lavender,
but they didn't hear.

Come, come to my garden.
I don't want lavender in my garden, I want Lavender in my garden.


Your 2000 miles away,
Robin.

12 Okt 2012

Binatang. Saya suka binatang, kecuali satu. Bukan, bukan binatang jalang.

Saya pernah memelihara seekor ikan.
Pernah.

Namanya Sou.

Spesifikasinya, dari Kingdom Animalia, Filum Chordata, Class Actinopterygii, Ordo Perciformes, Famili Osphronemidae, Genus Osphronemus, Species Betta sp.
Singkatnya sih, CUPANG.

Sou yang cantik dan menawan ini, saya adopsi tanpa akte lahir, tapi bukan ikan haram kok, dari Sunmor - yang adalah sebuah gebyar-gebyar setiap minggu pagi di kawasan UGM - seharga sangat murah. Gak saya umbar, nanti dikira riya'.

Sou ini selalu berenang-renang dengan riang. Ya karena dia adalah ikan. Akan sangat aneh kalau dia merayap di dinding.
Warnanya biru, seger banget, kaya cover meja belajar saya.
Makanannya ya makanan ikan, prediksi saya yang merah rasa daging, yang ijo rasa sayuran. Tapi saya kurang paham juga, belum pernah coba sih. Nah, Sou ini gak mau makan kalo si makanan ikan yang bulet-bulet kecil ini gak diancurin dulu. Baru tau ikan juga manja.

Sou ini sudah merepotkan banyak sekali penghuni kosan, Nelly, mbak Ika, Nanda, Wulan, karena semasa liburan, atau sedang pergi selama beberapa minggu itu, saya nitipin ikan saya ke mereka. *melalui tulisan ini saya mengucapkan terimakasih sangat banyak sekali kepada Anda sekalian yang sudah terlibat didalamnya.
Dan oleh Nanda, Sou ini diubah namanya menjadi Juna. Gak afdol Nan, kalo gak aqiqah, jadi namanya tetep Sou.

Dan setelah beberapa bulan, mmm, kurang lebih 4 bulanan, Sou mulai tampak lesu. Berenangnya gak semangat lagi. Istilahnya, berenang segan, mati tak mau. Sukanya diem-diem di pojokan aquarium mini yang saya beli bareng ikannya dan makanannya dan rumputnya yang dipetik oleh bapak penjual ikan entah di kali mana - rumputnya gratis anyway. Makanannya mulai tenggelem, karena gak dimakan. Warnanya jadi agak abu-abu. Saya tanya ke temen les bahasa Jepang saya, yang kuliah di FKH, katanya kalau kaya gitu di jedukin aja ke meja, terus digoreng. Tapi saya gak mengikuti saran dia. Terlalu anarkis.

Akhirnya saya cuma bisa berdoa. (bener-bener pasrah)

Dan akhirnya Sou, setelah diketok-ketok aquariumnya, cuma tiduran dilantai aquarium, resmi dipanggil oleh yang mahakuasa, untuk berenang di sungai-Nya di firdaus sana.

Sou

Sou - cupang kesayangan.

10 Okt 2012

Kali Lain.

Mungkin,
saat Oktober berakhir,
atau
saat November dimulai,
bahkan
di minggu pertama Januari tahun depan,
apa nanti
pada hujan terakhir di Desember tahun depannya lagi,
atau perlukah,
kutunggu sampai pulang?

7 Okt 2012

Buon Giorno, Domenica!

Ketika aku telah mengetik dua puluh dua huruf ini,

orang-orang lain disana,

mungkin telah,

menyudahi lari pagi,

menghabiskan sarapannya yang berupa telur mata sapi,

selesai mandi,

atau

menamatkan drama seri.

6 Okt 2012

Orang yang Bercengkerama Bersama Huruf dari Kertas-Kertas yang Hitam dan yang Putih

Sikunya tegas menyentuh meja, merasakan material kayu lewat ujung-ujung syaraf kulitnya.

Rambutnya hitam, pendek, menjuntai kebawah, searah gravitasi, karena kepalanya menunduk. Tentu saja.

Jika matanya adalah pisau, tentu akan robek semua semua kertas di meja, dengan dalam tajam memandang, apa apa yang sedang dia kerjakan.

Jemarinya, ya. Dengan gunting, dan kertas-kertas itu. Yang hitam dan yang putih. Lihai, halus, dan telaten.

Mulutnya sederhana saja, sunyi dalam diam. Yakin, otaknya yang lebih banyak berkata-kata.

Dia duduk saja. Dikursi yang dibuat dengan bahan yang sama dengan meja kokoh yang dibuat dari pohon entah dari hutan mana itu.

Lihai, jemarinya, mulai menggunting.

Huruf rupanya.

Dari kertas-kertas yang tadi, yang dipandangnya dengan tajam, yang berwarna hitam dan putih.

Dia membentuk huruf.

Banyak huruf. Banyak sekali huruf.

"Aku bermain huruf untuk merangkai kata," begitu ucapnya, ketika aku bertanya sedang apa.

3 Okt 2012

Kyoto-city!

I've been dreaming about going to Japan, at least once in my life.

*

And I didn't waste a chance when there was an open application for those who wants to visit Tokushima, it is Tokushima University to be exact. It was in the last August.
I did a really great time going on summer school  there, but, I was going to write about Kyoto here.

why Kyoto?

Well, I transited Kyoto before I heading to Tokushima. Even my friends who went with me doesn't really like Kyoto, because, well, in summer, Kyoto is super-hot like it has no cloud and no wind!
But for me, as the first city I went in Japan, which is my biggest dream, Kyoto is AWESOME!
I only went about 4 days and didn't take some sightseeing, but it was still interesting.
I stayed in Guest House, it's Kyoto Guest House, seven beds in one room, two bathrooms in use (maybe there are some in 3rd floor, as I stayed in 2nd floor, there was only 2 bathrooms for the people in 1st and 2nd floor), it was in the middle of city, so we could easily accessed the transportation such as buses, and even to walk.

I'm the true pedestrian.
And I find it was very convenient and pleasant to walking in the roadside. I really like walking and traveling around.

Me-Irma-Stella-Verisa in the roadside.
 
Fat me. In Kyoto night :) Blurred. Bad. *sigh*


We also went to the park, but didn't visit the aquarium. (I KNOW I KNOW, THERE ARE SOOOOOOOO MANY REGRETS LEFT IN MY HEART, MY BODY, AND MY SOUL THAT I DIDN'T VISIT MANY PLACES WHEN I WAS IN JAPAN) The guest house owner said it was the biggest park in Kyoto =D
I also visit the Kinkakuji, my friend got sick and almost all of them were collapsed due to very very very hot weather (41 degrees of Celcius was written in a building that time) such a beautiful temple >w<

Beautiful Kinkakuji under Kyoto's summer sky
Happy Bakabon Papa in the snack shop

Kyoto Tower - I don't know if we could going to the tower, we just bought the souvenirs in the lower  floor.

The big busy Kyoto Station

I did take a bite to the yummiest takoyaki in Kyoto! A recommendation from the nice Guest House owner :9 and it was though. A big pieces with big cut of tako, yum yum yum!

big-bites-of-tasty-tasty-takoyaki =9


The problem was: the translation. language. words. letters.
No, not Kyoto's problem, my problem.
I wasn't fluent in Japanese, so that was a VERY BIG problem. But, some Japanese people are also not fluent in English, no? Even though it is an international language *sigh*
My second problem is......... Money.
I'm still a student, and find the prices in Japan are high, feeling like my wallet have no soul again hahaha! Maybe when I finally an own income, I should go back there. Need to visit Fushimi Inari shrine!!!!! (it was closed when I was there)

As I told before, I also visited Tokushima (yeah, the main reason I went to Japan), I'd like to write some stories though, in another post maybe. About my summerschool, my homestay parents, the university, and a boys dance group called The Cell :p

*

I've been dreaming about going to Japan, at least once in my life.
But it's not enough.
Japan gives me more than I've expected.

Terlambat - Memori (Hampir) Setiap Pagi di Kamar Kosku.

Gedubrakan di pagiku, bertengkar dengan waktu masalah buku dan sepatu.

Ketukan pintu di kamar, hanya akan mendapatkan "Tunggu sebentar!"

Bukan jam tanganku yang terlalu cepat, hanya saja tidurku yang terlambat.

Seandainya aku bisa naik sepeda, akan tiba lebih cepat aku di kampus tercinta.