Saya, sudah hampir dua puluh tahun mengolah oksigen yang dipinjamkan Tuhan di dunia ini, dengan paru-paru yang juga dipinjamkan Tuhan.
Saya, sudah hampir tiga tahun, (seharusnya) tidak pernah putus bersyukur karena masih diberikan kesempatan menggunakan otak saya, yang lagi-lagi, dengan sangat baik hati Tuhan pinjamkan, untuk sekadar menimba ilmu mengenai gigi geligi.
Saya, sudah melewati tiga ratus enam puluh lima hari dikali tiga, plus satu hari karena kabisat, dengan makhluk-makhluk yang Dia pinjamkan untuk berbagi baik kebahagiaan maupun kesedihan.
Dan, telah pula mengenakan seragam putih-biru, biru, salah satu warna favorit saya, selama tidak lebih dari tiga tahun, untuk pertama kalinya menginjak kedewasaan.
Saya, yang masih kecil dulu, belum paham caranya berterimakasih karena enam tahun yang saya gunakan untuk berlari-lari di lapangan basket sebuah sekolah dasar, dengan cara apapun, membukakan pintu untuk saya ada di sini.
Dan sungguh, saya tidak mengerti lagi caranya berterimakasih kepada Tuhan, yang menyempurnakan kehidupan kecil saya melalui sebuah keluarga, dua orang adik yang luar biasa jenius, dan kedua orang tua yang luar bisa luar biasa. Hebat sekali, bukan?
Saya tidak bisa menemukan jalan lain selain bersyukur,
ketika hati berat,
dan rasanya ingin mengeluh.
Nikmat Tuhanmu mana lagi yang engkau dustakan? (QS55:16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar