Jogja kalo malem dingin. Perasaan dinginnya bisa diibaratkan sebagai unta yang tersesat di Antartika. Tapi gak sebegitu dingin kok,
Semuanya dimulai dengan Fera udah berani bawa motor yah, kalah dong saya,
Jadi, karena dalam rangka Idul Adha, Fera ada di kosan demi shalat ied di Masjid Kampus, parah lo Fer, bukannya shalat sama abang. But, that's not such a big problem, karena pada malamnya, kita dapat bersilaturahmi demi mempererat baik hubungan persaudaraan maupun hubungan persahabatan dengan saudara kandung abang. Haha. Jayus Ta.
Nah, Fera ini adalah orang yang lumayan berpengaruh pada kelancaran masa depan saya, tiba-tiba seperti mendapat pertanda dari Yang Maha Mengetahui berupa sebuah pesan dari jejaring sosial. Pada saat itu, saya lagi mandi, si Fera manggil saya lho. Serius. Saya denger dari kamar mandi.
Kemudian, kami melakukan investigasi tahap lanjut kemudian dengan sangat bersemangat, kami menyusun rencana untuk melakukan silaturahmi ke arah kosan Abang Fery.
Tunggu, dimana petualangannya?
Jadi, petualangannya adalah dimana Fera adalah amatir dalam pembawaan motor dan pembacaan peta. Fera aja berani-beraninya saya sebut amatir, emangnya saya siapa? Saya adalah korban dari hasil kepo saya sendiri.
Jadi, kami mencari sebuah daerah dimana jalannya KAMI SAMA SEKALI TIDAK TAHU DIMANA. Bodoh? Memang.
Ancer-ancer kami cuma
"Perempatan pertama, kita lurus aja, nanti perempatan kedua kita lewat, ada belokan kecil disebelah kiri, kita masuk, tinggal set, set, belok kanan, belok kiri sekali, nyampe deh"
Masalahnya: Jalanan Yogyakarta tidak sekadar dua perempatan dan belokan kanan dan kiri.
Pertama, kami tiba di sebuah daerah yang "kalo tempat Abang, belok sana tuh Ta, nah sekarang kita kemana ya?"
Well, dalam hati, jujur saya gak tau. Cuma pake perasaan aja, "Belok sana coba Fer, tadi di Bing map ke kiri kok," saya jawab semantap mungkin, biar yakin aja.
Terus Fera melakukan manuver putar balik di depan daerah Mi Surabaya (yang sempat saya yakini sebagai, "Fer! Ini dimana? Gue gak liat tadi di peta ada jalan Surabaya!") dan entah kenapa motor juga melakukan manuvernya sendiri. Motornya oleng ke sebelah kiri dong. Terus untungnya kita dengan sangat gesit melakukan pertahanan terhadap jatuhnya motor tersebut, memanfaatkan ekstremitas inferior kita bagian sinister (bilang aja kaki kiri), dan motornya untungnya sangat kooperatif, jadi gak jatuh. Hore!
Kemudian kita melakukan putar balik dan kita berkutat di area dengan nama-nama bunga. Dimana kita sama sekali gak ngerti kita harus kemana.
Dan Fera akhirnya dengan sangat yakin mengarahkan motornya ke area dengan nama jenis-jenis burung, yang tidak lain tidak bukan adalah daerah kosan Abangnya. Akhirnya setelah kita basa-basi dengan "Selamat lebaran Abang," dan wejangan Abang berupa, "Coba gue liat elo kalo belok gimana Fer," akhirnya kita memutuskan untuk melanjutkan petualangan.
Petualangan berlanjut dengan jalan buntu dan jalan turunan yang gelap, serta jalan dengan "Fer, lo ngerasa gak ini kaya rumah yang di Bukit Palm?" dan daerah dengan "Kira-kira disitu ada jalan gak?". Akhirnya kita menyerah kalah dengan keadaan. Dan pulangnya pun kita nyasar.
Dan terjadilah keadaan putar balik dengan motor hampir saja melakukan kontak langsung dengan bumi pertiwi dengan lanjutan kata-kata "Gue udah gak kuat lagi, Ta," terus kita berdua karena capek nyasar dan capek ketawa, akhirnya memutuskan untuk makan saja, di sebuah restoran Jepang cepat saji dan disini adalah TKP dimana kita melihat seorang lelaki multitalented yang makan menggunakan 2 pasang sumpit. Jago banget parah.
Akhirnya kita pulang dengan menyanyikan "The Way You Look at Me"-nya Christian Bautista di sepanjang perjalanan pulang.
Rencana kita selanjutnya adalah:
Karaoke
dimana kita udah bikin playlistnya dari sekarang, termasuk si The Way You Look at Me dan Why did I Fall in Love with you yang kata Fera video clipnya, "Proposal banget Ta!"
Ya, mungkin suatu saat nanti lo akan ngerti kenapa video clip nya kaya gitu ya, Fer.
Suatu saat nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar